🦈 Cerita Liburan Ke Gunung Bromo

Padatulisan kali ini saya akan menceritakan liburan saya di Gunung Bromo. Gunung Bromo adalah sebuah gunung berapi aktif di Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur. Berikutinilah beberapa misteri yang menyelimuti gunung Bromo. 1. Pasir hisap yang membahayakan pengunjung. Keindahan Padang Savana yang terhampar sejauh mata memandang adalah bagian kecil keindahan yang dimiliki gunung Bromo. Gunung yang kerap kali mengalami erupsi tersebut menjadi ikon wisata yang berada di 4 wilayah kabupaten. Akhirnya sampailah di puncak kawah Bromo.Tak kuat bertahan lama di puncak karena asap belerang yang menyengat, akhirnya kami putuskan untuk kembali ke tempat dimana landrover berkumpul.Sesampainya di tempat parkir landrover, kami istirahat sejenak dan beberapa kali jeprat jepret sekitaran landrover di parkirkan. PaketTour ke Gunung Bromo + Air Terjun Madakaripura dari Malang atau Surabaya. Harga Paket: Mulai dari Rp 1 juta/pax (minimal 2 orang) untuk open trip Bromo, dan mulai dari Rp 900 ribuan/pax (minimal 4 orang) untuk private tour. Untuk paket tour Bromo yang satu ini, kamu enggak akan hanya diajak ke Gunung Bromo saja, tetapi juga ke Air Terjun TimorTengah Selatan, Destinasi Wisata Kebanggaan NTT. Senin, 17 Agu 2020 10:30 WIB. Ceritaliburan ke gunung bromo dengan waktu Singkat dan Murah - Part 2. Miftahul Huda Catatan Perjalanan December 16, 2019. Setelah dari Sunrise view tadi, kita jam 5.30 sudah di jeep lagi dan langsung turun ke Ledok Widodaren namanya, disini kita dimanjakan view yang cakep banget, cocok buat foto foto diatas jeep dengan view Ledok Widodaren ini, serunyamacet di gunung😄😄😄🙏🙏🙏 #liburan #wisata #bromo #fyp @GisellaAnastasia trimakasih pengalaman yg terindah bisa nganterin ke bromo #liburan #wisata #fypシ #info #supir_muda_punya_cerita #bromo. 306. CERITALIBURAN KE BROMO PERCAYAKAN PERJALANAN WISATA BROMO ANDA PADA KAMI Akcaya Tour & Travel menyediakan Paket Wisata Bromo Jatim Park Malang Batu Taman Safari Tour dengan Pelayanan dan Fasilitas terbaik di Kota Malang. Jika anda sudah ada rencana jalan-jalan & liburan disini, kami akan memberikan info yang mungkin bermanfaat untuk anda. Dibawah ini adalah contoh cerita liburan ke gunung dalam bahasa Inggris. Dengan menggunakan Kumpulan Kosakata Tentang Aktivitas Sehari-Hari dalam Bahasa Inggris , Contoh Paragraf Bahasa Inggris Tentang Liburan ini menggunakan terdiri dari contoh cerita liburan dalam bahasa Inggris ke Gunung Sikunir di Jawa Tengah, Gunung Gede di Jawa Barat, dan Gunung Krakatau di Selat Sunda. b4zqzDL. Malang - Gunung Bromo selalu jadi tempat wisata favorit wisatawan. Tapi tahu nggak kamu waktu terbaik untuk menikmati Gunung Bromo?detikTravel bersama Toyota Corolla Cross Hybrid Road Trip Explore Mandalika melakukan perjalanan ke Gunung Bromo Tengger Semeru baru-baru ini. Saat itu baru 2 kabupaten saja yang dibuka di tengah itu tak mengurangi pesona Gunung Bromo. Perbukitan hijau royo-royo tampak anggun memanjakan mata. Patrick, pemandu wisata jip bercerita tentang wisatawan yang datang ke sana. Ternyata wisatawan domestik dan turis internasional punya waktu favorit yang Teletubbies Rachman_punyaFOTO"Turis ramai bulan Juni-November, kalau Nataru sepi. Wisatawan lokal kebalikannya," Bromo ramai dengan wisatawan domestik saat libur sekolah, hari raya dan saat Libur Natal dan Tahun Baru Nataru. Cerita Patrick kemudian berlanjut ke soal musim di Gunung Bromo."Kalau musim hujan justru Gunung Bromo enggak begitu dingin karena lembab," Teletubbies Foto Rachman_punyaFOTOJika masuk musim kemarau, justru Gunung Bromo akan terasa dingin. Angin kemarau yang kering akan terasa menusuk kulit. "Agustus itu puncaknya dingin, ditambah angin dan bunga es. Kalau mau melihat bunga es, datangnya Agustus," musim hujan, kabut akan turun lebih cepat. Jarak pandang di Gunung Bromo hanya sekitar 5 meter. Belum lagi jalan yang curam jadi tantangan.[GambasVideo 20detik] Simak Video "Polisi Ungkap Penyebab Hilangnya Patung Ganesha di Gunung Bromo" [GambasVideo 20detik] bnl/ddn Siapa yang tidak bahagia saat keinginan hati yang sudah lama terpendam akhirnya Allah jawab lewat suami tercinta. Yaps, sudah lama sekali saya berkeinginan untuk menikmati keindahan alam Gunung Bromo, eh kemarin bulan januari tiba-tiba suami ngajakin pergi kesana bareng teman-teman kantornya. Mata saya pun langsung berbinar mendengar ajakan ini, tanpa pikir panjang, langsung kuiyakan ajakan suami hehe. Sebenarnya ke Bromo menjadi salah satu roadtrip kita waktu itu. Dari sekian obyek wisata yang kami kunjungi, Bromo menjadi trip yang paling menantang bagi kami karena kami membawa bayi berusia 10 bulan dan balita berusia 3 tahun 3 bulan. Yang paling kami khawatirkan saat itu adalah suhu di Bromo kadang bisa ekstrim hingga suhu minu, suhu tersebut tentunya kurang bersahabat dengan anak-anak. Apalagi rencana awal, kami nyampe sana dini hari, lalu mendaki dan bisa lihat sunrise. Duh nggak kebayang dinginnya kaya gimana . Saya juga sempat ragu, mau ikut mendaki dengan membawa si kecil atau tidak karena karena takut nanti membahayakan si kecil yang berusia 10 bulan. Alhamdulillah setelah mempertimbangkan satu dan lain hal terutama karena cuaca paa pekan tersebut tergolong ekstrim dan banyaknya anak-anak, jadwal perjalananpun diubah. Rencana awal yang rencananya berangkat hari jum'at siang tanggal 27 januari setelah shalat jum'at, diubah menjadi jum'at malam habis halat isya. Rombongan kami berangkat menggunakan bus ukuran sedang. Kami berangkat dari Semarang pukul nyampe resat area Malang tempat transit subuh pukul Setelah Sholat Subuh, kita bersiap-siap menuju Bromo menggunakan Hardtop tertutup. Mulailah kami melapisi pakaian kami dengan jaket tebal, menutup kepala menggunakan topi khusus yang sampai menutupi telinga, memakai sarung tangan, kaos kaki plus sepatu terutama untuk si baby. Oh iya supaya perjalanan nyaman dari Semarang-Malang ataupun sebaliknya, saya menyewa car seat untuk bayi saya, sehingga ibu dan bayi saya bisa sama-sama nyaman. Ngga kebayang kalau ngga bawa car seat ini, saya akan memangkunya selama berjam jam. Belum lagi kalau saya ngantuk, malah bahaya, si bayi bisa ngga terasa terjatuh, naudzubillah. Setelah siap semuanya, sekitar pukul kami berangkat dari meeting point menuju Bromo. Perjalanan menuju sana sekitar 1,5 jam-an. Medan yang berkelok, menanjak, sempit dan curam cukup membuat jantung ini dag dig dug ngga karuan. Jadi saya sarankan, kalau mau ke Bromo yaa pakai kendaraan khusus kaya hardtop ini dengan supir yang sudah tahu medan tentunya. Banyak kok yang memfasilitasi jasa sewa ini di sini. Jangan nekad bawa kendaraan sendiri, nyetir sendiri kalau belum tahu medan ya. Tapi kebijakan setempat, hanya mobil hartop atau jeep yang tergabung dalam paguyuban yang boleh lewat dan melintas ke kawasan bromo. Semakin jauh hardtop melaju menaiki dataran yang semakin tinggi, makin terasa banget hawa dingin yang semakin menusuk tulang. Anak balita saya yang tadinya tidak mau memakai jaket pun akhirnya mengeluh "mi...dingin..brr". "Dipake jaketnya to nduk, dari tadi juga sudah ummi suruh pake jaket". Eh tetap saja dia ngga mau pake, hiks. Memang umur-umur segitu, lagi masa-masanya nggak bisa dibilangin, keras memegang prinsip hehe. Sepanjang perjalanan kami disuguhkan dengan pemandangan yang sangat indah, serba hijau dimana-mana, benar-benar masih asri alami, ya iyalah namanya juga di gunung hehe. Cocok buat kamu-kamu yang hidup di kota yang ingin menghirup udara bersih dan menyegarkan. Puncak keindahan itu terasa ketika tiba-tiba sopir menepikan hardtopnya dan membuka pintu hardtop. MasyaAllah ini indah sekali, kulihat gunungan-gunungan kecil yang sangat indah yang ditumbuhi rerumputan khas pegunungan, seolah-olah membawa kami berasa masuk film teletubies. Ternyata oh ternyata ini yang dinamakan Bukit Teletubies. Pantas saja masyarakat suku tengger menamainya Bukit Teletubies, ternyata memang bentuknya mirip Bukit Teletubies yang ada di film Teletubies . Rombongan kami yang tersebar dalam enam hardtop pun turun, lalu mengabadikan setiap sudut keindahan yang ada di sini. Dinginnya udara sekitar bukit yang semakin menusuk tulang, tidak kami hiraukan demi mengabadikan moment dengan latar yang maha indah ini. Entah berapa kali difoto saking indahnya alam di sini, hehe. "MasyaAllah, ko bisa rapih tertata kaya gini yaa, mungkinkah ada orang yang ditugaskan untuk mengurus perbukitan ini?". eh suami langsung nimpali "yaa ngga ada lah, ini murni Allah yang membuat dan menjadikan seperti ini. mana ada orang yang mau ngurus alam seluas ini". "hehe iya bi, ummi hanya terkagum-kagum melihat pemandangan alam yang seperti ini". Selain Bukit Teletubies, di sini kita juga bisa menikmati keindahan Padang Rumput Savana yang sangat luas. Padang rumput ini terletak pada lembah hijau, dikelilingi tebing-tebing menjulang tinggi dan beberapa gunung-gunung kecil. Setelah puas foto-foto disekitaran Bukit Teletubies, kamipun bergegas menuju Gunung Bromo. Sesampainya di sana, seperti biasa kami mengabadikan moment bersama kembali alias foto-foto, hehe. Setelah itu, menuju area pendakian. Berhubung kami banyak yang bawa anak kecil, akhirnya demi efisiensi tenaga dan waktu, kami memutuskan untuk melakukan pendakian dengan menggunakan kuda. Jujur ini pengalaman pertama bagi saya, antara pengen nyoba karena penasaran dan takut kalau nanti jatuh apalagi saya bawa anak. Bismillah, akhirnya mencoba memberanikan diri dengan melawan rasa takut ini. Kami berpasang-pasangan naik kuda, saya sama si kakak, sedangkan suami sama si adek. Eh pas udah berani, baru mau naik kudanya saja udah susah ternyata temans, hiks. Tadinya udah mau nyerah aja, ngga jadi naik, mending jalan. Beuh cemen banget dah gw hehe. Tapi terus dimotivasi suami supaya bisa nenangin diri. Alhamdulillah akhirnya berhasil!, yeay. Lalu berjalanlah kuda kami. Eh baru awal-awal kuda melangkah, badan ini serasa menegang dan tak henti-hentinya ngomong supaya pak guide yang menuntun kuda kami berjalan pelan, untung bapaknya sabar ngelayani emak-emak kaya saya, hihi. Kuda kami melangkah sangat pelan, sedang kuda teman-teman yang lain melangkah cukup cepat sampai-sampai tidak kelihatan ekor kuda mereka, hihi ngga apa apa, alon-alon sing penting kelakon nyampe. Hanya suami yang setia mendampingi disamping kuda saya, "Tenang bu yang santai, nanti kalau tegang malah jatuh", kata pak guide. Sepanjang perjalanan bapaknya ngajak ngobrol terus, Alhamdulillah malah jadi teralihkan rasa takut saya dan mulai bisa mengimbangi irama kuda. Benar memang, kunci utamanya itu harus rileks. Anak saya, Kamila 3 tahun 3 bulan malah dari awal naik sudah bisa tenang dan bisa mengikuti ritme kuda. Saat berkuda, ketika melewati jalan lurus atau mendaki, badan kami diminta agak condong ke depan dan kaki menginjak tapal kuda seperti biasa. Namun berbeda ketika melewati jalan menurun, kaki menginjak tapal kuda lalu diarahkan ke depan, sedangkan badan agak ndengak kebelakang. Katanya biar aman, begitu aturannya. Oke saya nurut aja pak, daripada kenapa-napa, hehe. Karena jalan pelan-pelan, dari parkiran sampe hampir puncak, menghabiskan waktu sekitar 30 menitan. Setelah Turun dari kuda, tantangan selanjutnya adalah menaiki tangga yang menjulang tinggi. "Duh, kuat ngga yaa?" mbatinku. Yeah akhirnya nyampe atas juga walau belum nyampe puncak sih, hehe Tadinya hampir nyoba menaiki tangga-tangga itu, udah tinggal 1/4 jalan lagi masa disia-siain ngga klihat kawah? pengen tahu keindahannya Bromo secara sempurna. Qodarullahnya pas mau naik, saya ketemu teman satu rombongan. "mba, jangan naik ke atas kalau bawa anak-anak, kasian asap belerangnya mengganggu pernafasan", ujarnya. Akhirnya kuurungkan keinginanku untuk mendaki sampai puncak, demi kebaikan si kecil. Dan benar adanya, setelah teman-teman lain yang mendaki turun, mereka cerita kalau asap belerangnya bikin batuk-batuk. Alhamdulillah, berarti keputusan kami sudah tepat. Hanya sekitar 20 menitan kami berada di atas, setelah itu naik kuda kembali dan menuruni jalan. Alhamdulillah perjalanan pulang kali ini lebih cepat daripada pas berangkat, karena diri ini jauh lebih tenang. Yess akhirnya aku bisa menaklukkan diri sendiri hehe. Sewaktu perjalanan pulang, tiba-tiba aku mendengar suara desisan pasir yang khas saat tertempa angin. Ternyata oh ternyata itu suara pasir yang saling bergesekan. Pantas saja, masyarakat di sini menyebutnya dengan pasir berbisik, unik yaa namanya. Tapi saya sarankan pas di sini kalian kudu pakai kacamata yaa temans, soalnya pasirnya pada bertebrangan masuk mata semua, hiks. Pas berangkat sih enggak, soalnya pasirnya masih basah kena guyuran hujan malamnya. Pasir berbisik atau Lautan Pasir ini tidak dimiliki oleh gunung berapi manapun kecuali hanya satu yaitu Gunung Bromo. Pemandangan yang mempesona di Gunung Bromo ini selain bisa melihat hamparan lautan pasir, juga terselip pemandangan lereng-lereng kalendra sebagai pembatas lautan pasir dengan hutan Gunung Bromo sebagai pelengkap keindahan di mata kita. Alhamdulillah petualangan ke Bromo berjalan dengan lancar, hal-hal yang tadinya saya cemaskan tidak terjadi hehe. Sebenarnya selain cuaca yang lagi dingin-dinginnya karena lagi musim hujan, hal lain yang bikin khawatir adalah lamanya perjalanan kesana karena kami menggunakan bus. "Duh, anakku betah ngga yaa di jalan, pp sekitar 16 jaman lebih ?!". Memang si, beberapa kali bayi saya sempat rewel, tiap berapa jam nangis mungkin dia ngga nyaman, walau saya sudah bawa car seat khusus bayi. Tapi yaa tetep saja dia bosen dan ngga betah karena lama di jalan. Coba kalau naik pesawat yaa, pasti akan lebih singkat jarak tempuhnya dan si kecil lebih nyaman hehe. Next time semoga bisa kesampaian traveling ke Malang pakai pesawat. Banyak banget obyek wisata yang belum kusambangi di sana. Kemarin baru Bromo, Jatim Park 1, BNS dan tempat buat beli oleh oleh. Mau nyari tiket pesawat ke Malang di Pegipegi ah, kata orang sih murah hehe. Secara traveling kan butuh budget yang tidak sedikit yaa, jadi harus pinter-pinter ngatur uang, yaa nggak?! Gampang banget pesen tiket di Pegipegi tuh. Tinggal buka web Pegipegi terus isi kolom-kolom seperti yang tertera pada gambar di atas. Tentukan kota asal, kota tujuan, tanggal pergi pulang dan jumlah orang yang ikut, lalu klik cari tiket, pilih mau pakai maskapai apa, berangkat jam berapa, terahir pesan tiket, selesai Gampang kan?! Semoga harapan saya ini bisa tercapai yaa temans. Teman-teman yang punya rencana traveling pake pesawat, boleh dicoba pake fasilitas ini yaa Nah sekian sobat cerita pengalaman saya berlibur bareng keluarga ke Gunung Bromo, semoga ada pelajaran yang bisa diambil yaa. Aamiin. Terahir ada sedikit quotes dari saya "bertafakur alam lah, maka kamu akan melihat betapa Allah itu maha besar dengan segala penciptaannya". Yuks ah ke Bromo, nikmati keindahannya Sampai jumpa lagi dicerita saya berikutnya yaa.. Wassalamu'alaikum Jika berangkat jam dari Semarang, prediksinya jam baru sampai di rest area Poncokusumo. Sebelum melanjutkan perjalanan dari rest area poncokusumo menuju bromo menggunakan hardtop atau jeep yang sudah disiapkan, biasanya pengunjung memaksimalkan waktu untuk istirahat sejenak menyiapkan tenaga dan menyiapkan baju berlapis untuk dirinya dan keluarganya sebelum meneruskan perjalanan ke Bromo. Hardtop atau Jeep adalah kendaraan wajib bagi wisatawan yang akan menuju kawasan wisata bromo tengger dengan mobil. Di Semarang sendiri beberapa hari sebelum berangkat memang cuacanya cukup ekstrim, hampir tiap hari hujan deras dan selalu mendung. Bisa jadi kondisi itu hampir sama diseluruh pulau jawa termasuk malang, bromo dan sekitarnya. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, lebih bijak jika pemberangkatan diundur agar sesampainya di Bromo tidak dini hari dimana suhu sedang dingin-dinginnya. Tentunya dengan risiko meniadakan agenda melihat sunrise dari view point penanjakan saat pagi buta. H-3 sebelum berangkat kamipun mencari tahu perkiraan cuaca di sekitar kawasan bromo tengger. Dari pantauan website BMKG, perkiraan cuaca pada tanggal 24-25 diprediksi hujan deras disertai petir di daerah Malang, Pasuruan dan sekitarnya. Tentunya bromo yang beberapa kawasaanya berdekatan dengan Malang dan Pasuruan akan tekena dampaknya juga dong?! Belum lagi komposisi yang ikut lebih banyak anak kecilnya dari pada yang dewasa. Dewasa 13 orang sedangkan anak-anak 15 orang, termasuk anakku yang paling kecil berusia 10 bulan dan kakaknya yang berusia 3 tahun. H -3 pun dapat kabar kalau teman seperjalanan, anaknya sedang tidak enak badan, kondisinya demam dan sering muntah, sehingga terpaksa si kecil tidak ikut piknik. Selagi ibu dan bapaknya piknik, si kecil ikut sama mbahnya. Anak saya juga yang kecil si adik malam hari H-1 sebelum berangkat sempat demam hingga 40 derajat celcius, dengan sigap ibunya langsung memberikan paracetamol sesuai dosis dan Alhamdulillah bangun pagi sikecilpun sudah ceria dan tidak demam lagi. Perubahan Jadwal ke Bromo Setalah mempertimbangkan satu dan lain hal, jadwal pemberangkatan ke bromo pun diubah. Dari semula berangkat tanggal 26 Januari jam WIB menjadi tanggal 25 Januari pukul WIB. Waktunya ditambah sehari agar lebih maksimal menikmati tempat wisata yang ada di bromo dan sekitarnya. Sehingga yang sebelumnya dijadwalkan pulang sabtu malam, akhirnya menjadi hari minggu tanggal 27 habis ashar dari malang agar anak-anak bisa istirahat penuh di bus. Senin paginya anak-anak sudah dalam kondisi segar dan berharap bisa berangkat sekolah. Hari H pun tiba, meski semalam si kecil sempat demam, kami mutuskan untuk tetap berangkat. apalagi perlengkapan "tempur" yang dibutuhkan sudah siap semuanya. Jumat 25 Januari dari pagi hingga sore hari langit selalu mendung, Bahkan setelah jumatan, sempat turun hujan, yang disambung gerimis hingga menjelang pemberangkatan. Barang yang hendak dibawa sudah tergeletak di balik pintu rumah. Jadi kalau taksi sudah datang tinggal sedikit mengangkatnya keluar dan meletakkannya dibagasi belakang. Magribpun tiba, kami tapi konsidi diluar masih terdengar khas suara rintikan hujan yang membentur atap baja ringan teras kami. tepat pukul WIB kamipun memesan taksi, dikala hujan baik online ataupun offline biasanya sangat susah mendapatkan armada. Tapi setelah ditolak 2 kali sama taksi offline dan mencoba beberapa kali menggunakan online, alhamdulillah akhirnya dapat juga armada taksi online yang bisa mengantar. Sesampainya di titik kumpul, kamipun bergantian untuk shalat isya. Kami sengaja tidak menjamak atau mengqhosor dirumah, karena menurut rujukan fiqih yang kami yakini, qoshor atau jamak itu dihitung jika kita sudah keluar rumah atau meninggalkan tempat kita sebelumnya. Jadi meskipun sudah pasti tujuan dan pemberangkatannya, kalau belum keluar rumah maka belum bisa menjamak atau mengqhosor shalat. Petualangan Bromo pun Dimulai Menunggu adalah "tradisi" kita, sudah jam bus kecil yang akan mengangkut kamipun tidak kunjung datang juga. Baru sekitar pukul bus pun tiba dilokasi penjemputan. Saat sudah berada di bus, pastikan barang bawaan yang tidak terpakai wajib ditaruh dibagasi bawah agar tidak membuat sesak sekitar tempat duduk. Obat pribadi, jaket atau selimut dan bantal wajib berada di dekat tempat duduk, karena semakin malam suasana di bus semakin dingin. Di kursi sudah disiapkan nasi box, snack box dan air mineral. Sebelumnya memang sudah ada himbauan kalau akan disiapkan makan malam dalam bentuk nasi kotak, jadi tidak perlu makan malam dirumah atau mampir ditempat makan saat perjalanan malam. Bus paling berhenti kalau ngisi bahan bakar atau jika ada penumpang yang ingin ke kamar kecil. Selepas makan malam, kami pun sibuk dengan urusannya masing-masing sembari tour leader menjelaskan rencana perjalanan malam ini hingga esok pagi. Semakin malam, hembusan angin dari atas semakin terasa dingin. Hampir semua menutup lubang ac yang ada di atas kepala. Akibatnya angin dingin yang hendak keluar tertahan dan menghasilkan embun. Semakin lama embunpun semakin banyak dan akhirnya menetes ke tempat duduk. Dilema memang, tidak di tutup nanti kedinginan, tapi kalau ditutup bisa netes terus menerus. Akhirnya harus ada yang ngalah, tiap beberapa menit harus membersihkan enbun sebelum ia jatuh ke tempat duduk. Jadi perlu bawa tisue kering jika kondisinya seperti ini, kalau bisa bawa kanebo lebih bagus hehehe... Baca juga 10 Hal Yang Harus Disiapkan Saat Liburan Wisata ke Bromo Membawa Bayi dan Batita dengan Naik Bus Malam Bus pun semakin melaju kencang, karena perjalanan yang cukup lama tentu akan berhenti di beberapa lokasi untuk menyalurkan hasrat buang air kecil. Hampir jarang perjalanan ke bromo dari Semarang menggunakan jalur malang. Alhasil, supir kamipun harus dipandu untuk bisa kelokasi. Maksud hati ingin lebis cepat, tapi google maps salah mengarahkan, bus sempat masuk area tentara dan harus putar balik, sehingga diputuskan menggunakan jalur manual atau jalur normal. Ganti Mobil Jeep/ Hardtop di Rest Area Mendekati pukul pagi, bus pun sudah tiba di perempatan Tulus Ayu, Tumpang Malang Jawa Timur. Karena mendekati waktu shubuh, bus pun menepi sekalian dan para penumpang pun diarahkan untuk shalat subuh dan persiapan ke Kawasan Gunung Bromo. Sayapun bertanya, kenapa tidak sekalain berhenti di rest area poncokusumo? kan biar lebih dekat persiapannya! Setelah shalat, kami langsung merangkap pakaian terutama si bayi dan si batita. Si batita mengenakan 2 rangkap atasan dan bawahan ditambah jaket, tapi untuk jaket dia tidak mau pakai, tapi tetap kami bawa untuk jaga-jaga. Sedangkan adiknya yang berusia 10 bulan saya pakaikan 4 rangkap sudah dengan jaketnya. Tak lupa kacamata, sarung tangan dan kaos kami tebal. si Adik dan si kakak sebenarnya sudah disiapkan juga kumpuk yang menutupi telinga tapi hanya di adik yang pakai, si kakak seperti biasa ogah-ogahan, orangnya sudah pnya prinsip dan nggak mau rbet. Jangan lupa makanan si adik, tongsis, payung, jas hujan/ ponco dan obat pribadi, wajib dibawa. Si adik juga sekalian ganti popok nya biar lebih nyaman. Alat gendong pastikan bawa yang gendongan depan atau model ransel. Baca juga 14 Daftar Barang Bawaan Yang Harus Dibawa Saat Liburan ke Bromo Bersama Bayi dan Batita Mendekati pukul WIB beberapa mobil hardtop yang kami sewa satu persatu berdatangan, kami menyewa 6 hardtop yang akan membawa 1 rombongan bus sebelumnya yang berisi 28 orang yang terdiri dari anak-anak, bayi, balita dan dewasa. Menjelang pukul WIB hanya 5 hardtop yang sudah berkumpul, tapi kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju kawasan wisata gunung bromo. Rest Area Poncokusomo yang Sepi Fasilitas Mobilpun melaju, saya, istri, dan 2 bocil dapat 1 mobil sendiri. Konsepnya memang 1 keluarga yang beranggotakan 4 orang atau lebih dapat jatah 1 mobil hardtop, Jadinya sangat longgar sekali, kursi depan juga masih kosong karena kami berempat memilih duduk dibelakang. Tiap mobil sudah sudah disediakan jatah sarapan pagi sesuai jumlah penumpang dan supirnya. Sebelum ke Bromo, kamipun transit ke rest area poncokusumo sekitar pukul WIB Berarti dari perempatan Tulus Ayu Tumpang ditempuh selama 20 menit. Ternyata teka tekinya bisa terjawab, kenapa tidak sekalain transit istirahat, shalat, makan dan persiapan lainnya di rest area ini? Ternyata di Rest Area Poncokusumo tempatnya terlalu sepi, kasihan juga kalau supir bus ditinggal disana, tidak ada warung atau angkringan, yang ada hanya peristirahatan sementara yang dilengkapi dengan tempat parkir dan beberapa kamar mandi atau toilet. Tidak terlihat warung atau pedagangan asongan yang menjajakan jajan atau makanan. Ternyata 1 mobil hardtop yang belum datang sudang menunggu di rest area ponco kusumo. Akhirnya lengkap sudah mobil hardtop yang kami sewa. Bebebrapa penumpang yang dibagi ke mobil lain akhirnya memilih turun dan mengisi 1 hardtop yang sudah disediakan. Setalah dirasa siap, maka perjalanan kamipun berlanjut. Jalan menuju tempat wisata gunung bromo masih sempit. Jika ada 2 mobil yang berpapasan, salah satu yang dekat tebing harus lebih menepi, biar mobil yang lewat di sebelah jurang bisa lewat lebih leluasa. Dalam perjalanan ke bromo, saat itu di depan kami ada 1 truk pengangkut pupuk yang berjalan lambat sehingga kami yang dibelakangpun harus mengikuti iramanya, sampai bertemu jalan yang agar besar untuk menyalip. Dari Bukit Tetetubies Berpindah Ke Pasir Berbisik Perjalanan dari rest area menuju bukit teletubies sekitar 55 menit, alhamdulillah pukul 06. 45 Kami sudah sampai di lokasi wisata pertama yaitu bukit teletubies. Sebelum dikenal dengan nama bukit teletubies, sebenarnya lembah ini dikenal dengan nama Lembah Jemplang. Bahkan penduduk asli tengger, mencoba melestarikan nama bukit teletubis dengan nama Pusung Kursi. Pusung sendiri diambil dari Bahasa Tengger yang artinya Bukit. Sebenarnya tujuan awal kita mengunjungi view point penanjakan, yang merupakan tempat yang sangat bagus menikmati matahari terbit dengan latar belakang kawasan wisata bromo. Tapi karena pertimbangan lainnya, kunjungan ke penanjakan dibatalkan. Jika ingin menikmati sunrise di penanjakan, minimal kita harus stanby sebelum jam pagi, dan dengan resiko kalau bawa bocah ya bisa diperkirakan sendiri. Apalagi musimnya sedang tidak bersahabat. Jadinya kita hilangkan dan tempat singgah pertama kita menjadi bukit teletubies. Baca juga 14 Daftar Barang Bawaan Yang Harus Dibawa Saat Liburan ke Bromo Bersama Bayi dan Batita Selama masih di dalam mobil, suhu masih hangat dan cukup nyaman, Tai sewaktu driver membuka pintu, hawa dingin sudah mulai terasa, terlebih saat pintu belakang dibuka lebar-lebar angin dingin langsung bersentuhan dengan kulit yang tidak terlapisi, khususnya sekitar muka. Kami diberi waktu beberapa menit mengabadikan kondisi sekitar lembah jemplang. Setelah berfoto sana sini, kamipun memakan bekal yang ada di mobil, namun ada juga yang memilih membeli bakso yang dijajakan di sekitar lokasi. 1 porsi kalau bakso yang biasa lewat dirumah bisa dapet tapi disini kita harus membayar Setelah puas berfoto ria dan sarapan, pukul kami melanjutkan perjalanan. Ujian selanjutnya adalah lautan pasir atau pasir berbisik. Di kenal dengan nama pasir berbisik karena tempat ini menjadi tempat syuting untuk film pasir berbisik. Sebuah film yang dirilis tahun 2001 dan berhasil menyabet sederet penghargaan. Film ini dibintangi artis papan atas seperti Dian Sastrowardoyo sebagai Daya, Christine Hakim sebagai Berlian, Slamet Rahardjo sebagai Agus, dan Didi Petet sebagai Suwito. Film tersebut membuat lautan pasir di kawasan wisata bromo semakin membuat penasaran banyak orang. Sekitar pukul sampailah kita pada lokasi kedua wisata gunung bromo yaitu wisata lautan pasit. Bisa dibilang, kita berada di waktu yang tepat saat posisi kita di lautan pasir atau pasir berbisik. Karena lokasi sempat digusur hujan, jadi meskipun angin berhembus kencang di sekitar lokasi, tapi tidak banyak pasir yang bertebarangan, karena masih berat mengandung air, tapi pas waktu perjalanan pulang menjelang dzhuhur, pasir-pasir sudah mulai kering dan ringan sehingga gampang tertiup angin. Perlengkapan yang wajib dipakai saat berada di lautan pasir hingga kita pulang kembali, kita dihimbau menggunakan pelindung kepala dan kacamata. Fungsi kupluk atau pelindung kepala lainnya adalah melindungi rambut kita dari debu atau pasir yang berterbarangan, sedangkan kacamata berfungsi sebagai penghalang debu atau pasir agar tidak langsung masuk ke mata dan bisa juga sebagai pelindung mata dari silaunya sinar matahari. Para pengunjung disini berfoto dengan hamparan pasir yang luas yang dikelilingi bukit yang mempunyai bentuk tak kalah indah. Selain berfoto berlatar belakang lautan pasir dan bukit, foto berlatar deretan jeep atau hardtop juga menjadi pose yang sayang untuk dilewatkan saat kita berada di lautan pasir. Berkuda Menuju Puncak Bromo Setelah puas menikmati indahnya lautan pasir, hardtop melaju menuju lokasi selanjutnya yang menjadi tujuan utama kita. Sekitar pukul WIB kita sudah tiba di parkiran jeep, lokasi terakhir berpetualang mengggunakan jeep. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki atau menunggang kuda. Dari parkiran hardtop ke anak tangga pertama menuju kawah atau puncak bromo bisa ditempuh dalam waktu 45 menit dengan berjalan kaki atau 30 menit dengan mengendarai kuda. Sebenarnya mau jalan kaki atau naik kuda bisa dibilang punya waktu sama, tinggal seberapa cepat saja kaki kita melangkah menuju anak tangga yang akan mengantarkan kita melihat kawah bromo. Iya, buktinya abang yang menyewakan kuda saja, dia bisa jalan bolak balik bahkan bisa berkali kali bolak balik sambil menuntun kudanya. Dan tentunya posisi penuntun kuda selangkah lebih didepan dari pada kuda itu sendiri. Tapi agar bisa menikmati perjalanan lainnya, kalau ada anggaran mending naik kuda saja, kita simpan tenaga kita untuk menikmati tempat-tempat lainnya, apalagi kalau bawa anak kecil, kasian kalau harus jalan. Ditambah risiko kena debu yang beterbangan lebih tinggi pejalan kaki dari pada yang menunggang kuda. Tarif kuda bromo sendiri PP dari parkiran sampai ke dekat anak tangga dan kembali lagi ke parkiran cuma Anak kecil yang belum bisa menjaga keseimbangan diatas kuda bisa ditemani dengan orang yang lebih dewasa. Jadi bagi yang bawa anak kecil, 1 kuda bisa dinaiki dua orang, orang tua dan anaknya. Tapi kalau sudah SD dan sudah bisa naik sendiri ya dihitung 1 kuda 1 orang, tapi tergantung negosiasi kita dengan mereka terkait kapasitas kuda dan harga. Sebelum menuju kawah bromo dengan naik kuda atau jalan kaki, disarankan untuk menunaikan segala urusannya yang berkaitan dengan perkamarkecilan. Dari pada kebelet diatas harus antri lebih banyak dari pada dibawah. Untuk yang menunggang kuda, benda yang berwarna hitam jangan sampai dekat dengan mata kuda, karena kuda sensisitif dengan warna hitam. Jangan coba-coba selfie dengan tongsis warna hitam diatas kuda. Kalau mau foto diatas kuda bisa minta tolong bapak pembawa kuda. Baca juga Berapa Harga Samsung Gear S3 Saat Ini dan Apa Saja Spesifikasinya? Nah saran bagi pengelola kawasan wisata bromo, mohon di edukasi bapak-bapak yang menawarkan jasa berkuda bagaimana mengambil foto yang baik dan benar. Karena dari 6 kali jepretan foto menggunakan kamera yang difotokan oleh bapak pembawa kuda, hasil foto tidak bisa di pajang atau dipamerkan. Hasil fotonyangeblur atau tidak jelas. Padahal pose dan tempatnya sudah sangat luar biasa indah untuk diabadikan. Tapi secara komunikasi sosial dengan penumpang kuda sudah sangat baik. Mamangnya berkanan diajak bicara oleh pengendara kuda yang panik sehingga bisa mengurangi kepanikannya saat menunggang kuda. Karena ketakutan dan kepanikan istri, hampir saja kami hanyamenikmati setengah perjalanan menunggangi kuda. Istri ketakutan dan memilih jalan kali untuk sisa perjalanannya. Ia memutuskan itu karena melihat medan yang naik turun dan sempit, ditambah jalan pasir yang tidak rata. Tapi setelah dikuatkan, akhirnya tidak jadi jalan kaki dan dengan tempo yang pelan kamipun sampai juga di parkiran kuda pada pukul WIB yang merupakan titik akhir perjalanan dengan berkuda. Setelah itu kita berjalan sebentar menuju anak tangga dan menaiki 250 anak tangga untuk bisa sampai kepuncak bromo dan melihat kawah bromo. Tips Menunggang Kuda di Bromo Ata tips yang harus dilakukan saat menunggangi kuda pertama jika jalanan naik atau mendaki, posisi badan harus condong kedepan. Sedangkan saat dijalan yang menurun, posisikan badan lebih merebah kebelakang dengan kaki memancal atau menginjak pedal kuda. Ini katanya agar lebih seimbang beban ketika kuda melewai lintasan. Oh iya, bagi yang bawa bayi, dengan bantuan gendongan ransel atau gendongan depan, lebih baik posisikan bayi mendekap kita agar lebih nyaman dan menghindari risiko matanya kena debu. Usahakan menggunakan gendongan yang ada penutup kepalanya seperti produk ergobaby bukan ilkan, karena bisa menahan kepala dan leher dari angin pasir yang berhembus. Jika nyaman, sikecil juga bisa tertidur saat menunggang kuda. Penutup kepala juga bisa digunakan untuk menopang kepala bersandar kebelakang. Gagal Menaiki Puncak Bromo Ada keinginan besar untuk bisa naik kepuncak bromo dan melihat dasar kawah bromo dari balik pagar yang perjalanan ini kami urungkan, pertama karena memang kawah belerangnya sedang sangat banyak dan menyengat, sedangkan masing-masing dari kami membawa anak kecil. Yang kedua karena kami ketinggalan setengah jam dari rombongan lainnya, karena menunggu si bidadari menaklukkan rasa takutnya menaiki kuda hingga titik terakhir. Alhasil baru sekitar 10 menit istirahat, rombongan yang dari kawah sudah sampai dibawah sudah di syukuri saja apapun kondisinya. Setelah cukup beristirahat dan foto-foto dengan panorama sekitar, sekitar pukul kamipun turun kembali ke parkiran kuda. Cukup unik untuk bisa mengenali kuda mana dan mamang mana yang kita naiki sebelumnya. Saat turun dan meninggalkan kuda kita diberi kartu nama seadanya yang bertuliskan nama mamang penunggang kuda. Pesan mamang kuda saat kami hendak meninggalkannya " Pak ini kartu nama saya, nanti kalau sudah turun bapak langsung kesini saja panggil dengan keras nama saya, nanti saya akan mendekati bapak atau memberi tanda ke bapak. Tapi kalau saya tidak ada, biasanya nanti saya sudah berpesan ke yang lain untuk bisa menggantikan saya." dan saya pun mengiyakan saja. Mengambil pengalaman saat berangkat, perjalanan pulang dengan kuda memakan waktu lebih cepat. Sekitar 20 menit sudah sampai di parkiran mobil. Waktu menunjukan pukul kami pun bergegas untuk segera masuk ke mobil karena angin sudah mulai kencang. Mobil yang semula diparkir dekat parkiran kuda, ternyata berpindah mendekati warung yang lokasinya berjarak sekitar 50 meter, terpaksa harus berjalan dengan membelakangi angin agar debu atau pasir tidak menerjang bagian depan tubuh kita. Setelah semua rombongan dirasa sudah menaiki mobil, sekitar pukul WIB kamipun melanjutkan perjalanan ke malang, hartop yang kami sewa mengantarkan kami kembali ke tempat transit bus yang berada di perempatan Tulus Ayu Tumpang Malang. Semakin siang, jalanan semakin ramai. Kendaraanpun melaju kurang maksimal karena sering berpapasan dengan mobil lainnya, sehingga mobil harus melambat. Ditambah diperjalanan kami menjumpai mobil hartop yang mogok, kami harus menunggu lama untuk bisa melewati jalan tersebut. Nggak tega memang melihat mobil mogok, apalagi mogok di daerah yang orang. Kalau yang mogok itu kita, tentu kitapun tidak akan mau jika kita berada dalam posisi mereka. Beruntung beberapa mobil di rombongan kami masih banyak space yang kosong, maka kami tawarkan untuk ikut bersama kita. Agar mereka lebih nyaman, 1 mobil kita kosongkan untuk mereka, sehingga di mobil yang saya naiki ketambahan 1 orang dewasa dan 2 anak-anak. Kursi depan yang tadinya kosong sekarang jadi terisi. Setelah semua terakangkut, kitapun malanjutkan perjalanan kembali. Sekitar pukul kita sudah berada di Bus, dan akan melanjutkan perjalanan shalat dan makan siang. Perjalanan ke arah kota malang sangat padat merayap. Pukul barulah kita sampai di Warung Wareg yang berada di Jalan raya Kepuharjo No. 7 Karangploso Kota Malang. Setelah sholat dan makan siang, Perjalanan kita lanjutkan ke penginapan. Nah itulah sedikit cerita liburan ke kawasan gunung bromo bersama keluarga dengan membawa bayi dan batita. Jika artikel yang berjudul Cerita Liburan Wisata ke Bromo Membawa Bayi dan Batita ini bermanfaat, silakan di sebarluaskan atau dibagikan. Terima kasih atas kunjungannya

cerita liburan ke gunung bromo